Drama Persekusi Dan Kisah Nahas Dari Monas
Kolom Utama. Hari bebas berkendara di Jakarta menyisakan cerita. Seorang wanita mengaku jadi korban intimidasi karena mengenakan kaos #DiaSibukKerja. Dia melawan dan berkata “Kalian Muslim macam apa…!?”. Entah kenapa tiba-tiba dia menuding identitas suatu agama.
Peristiwa yang dialami Susi Ferawati tidak akan terjadi bila dia menggunakan akal dan logika. Untuk apa menerobos kerumunan orang yang sikap politiknya jelas berbeda. Setiap kita memang berhak lewat jalan mana saja. Tapi sales Meikarta ini tak memahami kondisi dan psikologi massa.
Kabar ini langsung ramai di media massa dan viral di sosial media. Belum 24 jam meme sudah beredar kemana-mana. Susi seolah menjadi ikon korban penindasan dan simbol keberanian. Padahal tidak ada yang melukai fisik dia. Tidak ada juga yang mengintimidasi dia layaknya Iwan Bopeng yang mau menyembelih tentara. Susi hanya korban fanatisme massa. Sangat disayangkan, padahal bisa dihindarkan.
Persoalan yang menimpa Susi telah membutakan mata kita dan menggelapkan kabar berita akan satu peristiwa. Ternyata ada kisah duka satu hari sebelumnya. Lebih sadis dari persekusi, lebih tragis dari intimidasi.
Dua anak harus meregang nyawa di acara Forum Untukmu Indonesia. Acara berkedok sosial yang nuansa politisnya begitu kentara. Rizki dan Mahesa pergi untuk selamanya. Bukan karena apa-apa, tetapi karena berebut sembako yang nilainya tak seberapa.
Bila tidak diungkap oleh Sandiaga, entah dari siapa kita mendapat cerita duka? Aneh tapi nyata, berita amarah dan air mata bisa menutupi cerita jatuhnya korban jiwa. Padahal kejadiannya hanya berjarak sekian meter dari pagar istana.
Hai Tsamara dan teman-temannya, akankah kalian hari ini ke Polda Metro Jaya untuk melaporkan ketua panitia acara?
Hai admin Seword, Katakita dan media partisan sejenisnya, akankah kalian memberitakan massif sebuah acara yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa?
Hai pendukung penguasa yang merasa kondisi ekonomi baik-baik saja, akankah kalian angkat suara menyikapi fakta kemiskinan di tengah kota?
Hei buzzer-buzzer yang doyan nyinyir secara membabi buta, akankah kalian berdiam diri dan menutupi berita seolah tak terjadi apa-apa?
Hei Pak Presiden yang katanya sibuk bekerja, akankah Anda mengucapkan belasungkawa dan melayat ke rumah duka?
Selamat jalan untuk Rizki dan Mahesa. Semoga kalian berdua diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih sudah memberikan pesan, bahwa kondisi hidup kita tidak sedang baik-baik saja.
Allahumagfirlahuma warhamhuma wa’afihima wa’fuanhuma…
Peristiwa yang dialami Susi Ferawati tidak akan terjadi bila dia menggunakan akal dan logika. Untuk apa menerobos kerumunan orang yang sikap politiknya jelas berbeda. Setiap kita memang berhak lewat jalan mana saja. Tapi sales Meikarta ini tak memahami kondisi dan psikologi massa.
Kabar ini langsung ramai di media massa dan viral di sosial media. Belum 24 jam meme sudah beredar kemana-mana. Susi seolah menjadi ikon korban penindasan dan simbol keberanian. Padahal tidak ada yang melukai fisik dia. Tidak ada juga yang mengintimidasi dia layaknya Iwan Bopeng yang mau menyembelih tentara. Susi hanya korban fanatisme massa. Sangat disayangkan, padahal bisa dihindarkan.
Persoalan yang menimpa Susi telah membutakan mata kita dan menggelapkan kabar berita akan satu peristiwa. Ternyata ada kisah duka satu hari sebelumnya. Lebih sadis dari persekusi, lebih tragis dari intimidasi.
Dua anak harus meregang nyawa di acara Forum Untukmu Indonesia. Acara berkedok sosial yang nuansa politisnya begitu kentara. Rizki dan Mahesa pergi untuk selamanya. Bukan karena apa-apa, tetapi karena berebut sembako yang nilainya tak seberapa.
Bila tidak diungkap oleh Sandiaga, entah dari siapa kita mendapat cerita duka? Aneh tapi nyata, berita amarah dan air mata bisa menutupi cerita jatuhnya korban jiwa. Padahal kejadiannya hanya berjarak sekian meter dari pagar istana.
Hai Tsamara dan teman-temannya, akankah kalian hari ini ke Polda Metro Jaya untuk melaporkan ketua panitia acara?
Hai admin Seword, Katakita dan media partisan sejenisnya, akankah kalian memberitakan massif sebuah acara yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa?
Hai pendukung penguasa yang merasa kondisi ekonomi baik-baik saja, akankah kalian angkat suara menyikapi fakta kemiskinan di tengah kota?
Hei buzzer-buzzer yang doyan nyinyir secara membabi buta, akankah kalian berdiam diri dan menutupi berita seolah tak terjadi apa-apa?
Hei Pak Presiden yang katanya sibuk bekerja, akankah Anda mengucapkan belasungkawa dan melayat ke rumah duka?
Selamat jalan untuk Rizki dan Mahesa. Semoga kalian berdua diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih sudah memberikan pesan, bahwa kondisi hidup kita tidak sedang baik-baik saja.
Allahumagfirlahuma warhamhuma wa’afihima wa’fuanhuma…
Comments
Post a Comment